Monday, February 24, 2020
Mondok mahal??
Dikutip dari FB
Jangan sekolah di pondok, mahal!
Aku diceritakan oleh seorang kerabat almarhum Ayah. Tiga dari empat anaknya mondok di pesantren. Ibunya IRT. Ayahnya pedagang biasa. Kata ibunya "Rezeki untuk mondokin anak itu Allah yang atur. Ada saja jalannya". Dia sudah membuktikannya.
***
Lalu akhir pekan kemarin, aku kesusahan di rumah menatap setrikaan menumpuk sudah hampir dua minggu. Si Mbak yang sudah lima tahun terakhir biasa pulang pergi mengerjakan itu sedang ke luar kota. Menjaga mertuanya yang sedang dirawat di Rumah Sakit. Belum tahu kapan akan kembali lagi.
Lalu aku minta tolong si Mbak buat mencarikan gantinya. Aku bayar lepas untuk seharian ini juga boleh. Yang penting dua keranjang pakaian di rumahku itu beres disetrika. "Pasnya aku bayar berapa Mbak kalau ambil bayar putus begitu?" Tanyaku memastikan harga pasarannya.
"Agak mahal gak papa ya Mi?" Sambil dia juga memastikan lagi kalau apa tidak sebaiknya aku bawa saja tumpukan pakaian itu ke jasa laundry pakaian.
"Aduh Mbak, kan kamu tahu sendiri, aku itu gak mau ribet bawa-bawa pakaian ke sana ke mari"
"Ya sudah, biar cepat ada yang mau pekerjaan ini, Ummi kasihkan saja 100rb ya Mi?"
"Siaaaap! Pokoknya tumpukan kain itu bisa rapi deh" Jawabku sok sultan.
***
Di pagi minggu itu, seorang bapak membawa becak motor yang biasa dipakai buat mengangkut barang ke rumahku. Yang diangkut bukan barang melainkan istri juga dua anaknya.
Istri dan anak perempuan sulungnya diturunkan di depan pagar rumahku. Merekalah yang akan menyulap tumpukan pakaian itu menjadi rapi mulus kembali.
Dari lisan ibu itulah kemudian aku tahu kalau baru saja Jumat lalu ia susah memikirkan permintaan anak keduanya yang ada di pondok untuk menyediakan uang jajan untuk acara perlombaan yang diikuti si anak.
"Dari awal saya sudah bilang ke anak laki-laki saya itu, jangan sekolah di pondok, mahal!"
Tahu gak Bu dia jawab apa waktu saya ngomong begitu?" Pandangan si Ibu beralih menunggu kepenasaranku.
"Apa Bu?"
"Mamak inilah, macam gak punya Allah saja. Ada Allah Mak!"
"Glek!"
"Tapi ya begitulah Bu. Awak sering pusing dibuatnya. Macam kemarin dia minta uang jajan buat ikut lomba. Ada uang buat cukup makan saja sudah bagus. Eh kok ya terus masuk telepon dari Si Mbak menawarkan pekerjaan begini ini. Saya pikir ini bukan kebetulan. Bukan satu dua kali kejadian begini. Benar kata anak saya Bu. Ada Allah!"
Kata-kata terakhir ibu itu sukses membuat saya melongo. Aduh, aku malu ya Allah!
Si ibu tampaknya memang tipe yang suka bicara. Ia menyambung lagi ceritanya
"Karena itu juga anak sulung saya ini saya larang waktu mau ngaku-ngaku jadi anak yatim di sekolahnya. Soalnya santunan buat anak yatim itu lumayan sekali Bu. Apalagi temannya ada yang begitu. Mengaku yatim padahal orang tua masih lengkap. Gila aja dia. Macam gak punya Allah saja".
"Bulan lalu dia minta dibelikan jubah macam Orang Arab itu. Saya belikan yang murah saja. Eh beberapa kali dipakai sobek Bu. Hahaha" Dia sedang menertawakan hidupnya.
"Ohh.. kalau itu gampang Bu. Itu di lemari ada beberapa gamis yang langsung dibeli di Arab. Nanti diliat saja mana yang Ibu cocok. Bawa pulang saja buat anaknya" Timpalku sombong.
"Nah kan, anak saya benar lagi ya Bu? Ada Allah!".
Banda Aceh, 24 Februari 2020
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Bagaimana cara mengecek tiket pesawat? Langkah Mudah Cara Cek Kode Booking Tiket Pesawat
Bagaimana cara mengecek tiket pesawat? Langkah Mudah Cara Cek Kode Booking Tiket Pesawat 1. Kunjungi situs resmi maskapai penerbangan atau a...
-
Sidoarjo sebagai kota penyangga kota metropolitan surabaya tentu akan terimbas oleh kemajuan surabaya. Termasuk dalam memenuhi kebutuhan aka...
-
Rental Mobil Mingguan Di jaman sekarang, kita harus cermat dalam mengambil keputusan, termasuk dalam memilih rental mobil di Surabaya atau ...
-
Bagaimana cara mengecek tiket pesawat? Langkah Mudah Cara Cek Kode Booking Tiket Pesawat 1. Kunjungi situs resmi maskapai penerbangan atau a...
No comments:
Post a Comment